Rengganis

Itulah dia Rengganis, seorang dara cantik dari sunda.

Bukan yang tercantik karena di dunia modern seperti sekarang cantik hanyalah hiasan dinding, bahkan dinding kuburan sekalipun.

Lihatlah Rengganis, tidak hanya elok parasnya namun juga dengan keanggunannya yang sopan, kesederhanaan tingkah-lakunya. Bahkan kemapanan dalam hidup mereka yang paling mapan akan dibuat kelimpungan melarat olehnya. Tapi ingatlah, Rengganis gadis yang santun bukan seorang penjilat seperti dinding kuburan.

Setiap perjaka dan yang sudah tidak lagi membatu dibuatnya, saling berlomba mendapatkan maskot kaum hawa itu, tak peduli miskin-kaya atau jelek-rupawan atau penjahat-pemuka agama.

Semua buku roman yang ada di dunia seolah lenyap, kalah dengan kecantikan Rengganis. Apalagi tulisan ini, sungguh tidak ada apa-apanya, hanya sebutir debu di tengah gurun sahara.

Mungkin miliyaran kata-kata gombal yang lalu-lalang di telingamu saat ini, yang terus dimuntahkan oleh mereka yang menyebut dirinya pujangga, adalah untuk memuji kecantikan Rengganis ini.

Si penjilat akan bertingkah seperti anjing dengan liur yang terus menetes, si agamis akan tak hentinya bersyukur kepada Tuhannya, jika berhadapan dengan kecantikan macam Rengganis ini.

Apalah harus dikata, dilukis dan ditulis, kata-kata tidaklah cukup, seorang pelukis akan dibuat kaku sebelum cat menggores kanvasnya, sedang tulisan hanya akan memperburuk citra penulisnya karena sungguh tidak akan bisa menjelaskan kecantikan Rengganis.

“Tunggu sebentar wahai para penikmat kecantikan.”

Lihatlah Rengganis kesekian kali lagi, apakah kamu pernah bertanya kepada dirimu sendiri,

Apakah Rengganis sebenarnya bahagia dengan kecantikannya, jika hanya karena merebutkan dirinya banyak yang saling mencaci, lupa diri, gila, membunuh?”

“Apakah Rengganis bahagia jika sorot mata dan picing bibir wanita-wanita lainnya, mungkin istri atau selingkuhanmu, mengatakan bahwa dirinya adalah penjilat, pelacur murahan?”

“Apakah tidak pernah terpikirkan olehmu bahwa Rengganis saat ini tengah menangis berdiri diantara kebencian & cinta?”

“Bukankah Rengganis juga manusia seperti dirimu, yang mempunyai cinta dan ingin dicintai selayaknya?”

“Sungguh sebegitu egoiskah dirimu mengharap cinta dengan cara yang membabi buta seperti itu, dengan merampas dan membunuh cinta orang lain?”

Benar, jika bagimu cantik adalah anugerah, keindahan tak terkira yang diberikan oleh Tuhan kemudian serta merta kau menikmatinya.

Tidak, bagi Rengganis cantik adalah luka.